ILMU JALANAN
Kamis, 14 Februari 2013
Selasa, 12 Februari 2013
EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN.
Pertumbuhan
penduduk Indonesia yang besar mendorong peralihan fungsi lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian. Hal ini akan mengakibatkan
tejadinya penyempitan lahan untuk pertanian dan semakin meningkatkan
tekanan terhadap penggunaan lahan. Di lain pihak terjadi peningkatan
konsumsi pangan, yang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang
harus diimbangi peningkatan priduksi tanaman pertanian.
Peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan non pangan yang produksinya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk dapat memenuhi standar hidup yang layak, khususnya kepada petani. Untuk memenuhi keinginan tersebut petani seharusnya berusaha untuk memanfaatkan sumberdaya hayati maupun non hayati yang diharapkan sesuai dengan peruntukan lahannya. Untuk itu, sangat perlu dilakukan suatu kegiatan evaluasi lahan.
Peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan non pangan yang produksinya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk dapat memenuhi standar hidup yang layak, khususnya kepada petani. Untuk memenuhi keinginan tersebut petani seharusnya berusaha untuk memanfaatkan sumberdaya hayati maupun non hayati yang diharapkan sesuai dengan peruntukan lahannya. Untuk itu, sangat perlu dilakukan suatu kegiatan evaluasi lahan.
A. Pengertian Evaluasi Lahan
Evaluasi
lahan adalah suatu pendekatan untuk menilai potensi sumberdaya lahan.
Evaluasi lahan adalah tahap lebih lanjut dari kegiatan survey dan
pemetaan sumberdaya lahan masih sulit untuk dipakai untuk suatu
perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi keperluan tertentu.
Dasar
interpretasi dalam evaluasi lahan, bahwa areal dengan keseragaman
sifat-sifat tanah, vegetasi, geologi, dan lereng merupakan kesatuan
habitat yang dianggap memberikan kesempatan pemakaian yang seragam pula.
Keadaan lahan disuatu daerah pada umumnya memilki kondisi yang
bervariasi karena adanya perbedaan fisik (lereng, drainase,pH,
toksisitas, suhu dan sebagainya) kondisi yang beragam ini berakibat pada
perbedaan kualitas lahan yang menyebabkan kesesuaian usaha tanaman
pertanian berbeda. Di dalam memanfaatkan kondisi lahan yang bervariasi
ini apabila tidak sesuai dengan peruntukkannya, maka harapan produksi
tidak akan terpenuhi.
Perencanaan
penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya pada upaya
peningkatan produksi pertanian harus didasarkan dengan perencanaan yang
baik. Untuk penyusun perencanaan tersebut dibutuhkan informasi dasar
sumberdaya lahan yang meliputi tentang masalah kemampuan lahan dan
kesesuaian lahan, karena kemampuan lahan merupakan sifat dakhil lahan
yang menyatakan daya dukungnya untuk memberikan hasil pertanian pada
tingkat tertentu.
Evaluasi
kesesuaian lahan berupaya mengestimasi daya dukung lahan untuk
penggunaan tertentu.sedangkan kesesuaian lahan menitikberatkan pada
tingkat kecocokan sebidang lahan untuk satu penggunaan tertentu
klasifikasi kesesuaian lahan merupakan suatu proses penilaian dan
pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relative lahan atau kesesuaian
absulut lahan bagi suatu penggunaan tertentu.
B. Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan
Informasi
tanah merupakan salah satu bagian sumberdaya alam yang mempunyai
pengaruh langsung dan kelanjutan bagi pengguna pertanian. Informasi
bentuk lahan, topografi dan formasi geologi secara tidak langsung
mempengaruhi bentuk penggunaan lahan dan jenis tanah tanaman yang
diusahakan (Sitorus, 1995), factor-faktor topografi (ketinggian, panjang
dan derajat lereng, posisi pada bentang lahan) dapat berpengaruh tidak
langsung pada penggunaan lahan bagi usaha pertanian.
Evaluasi
lahan mempertimbangkan kemugkinan penggunaan dan faktor pembatasan
tersebut dan berusaha menerjemahakan informasi-informasi yang cukup
banyak dari lahan tersebut kedalam bntuk-bentuk yang dapat di gunakan
para praktisi seperti petani, para ilmuwan yang mempertanyakan
kemungkinan untuk menanam jenis tanaman tertentu, atau pertanyaan yang
berhubungan dengan pekerjaan keteknisan (Worosuprojdo.S. 1989).
Kemampuan
lahan yang tinggi diharapkan berpotensi besar dalam berbagai
penggunaan, yang memungkinkan penggunan ynag intensif yang berbagai
macam kegiatan. Sistem tersebut mengelompokkan lahan kedalam sejumlah
kecil kategori yang diurutkan menurut faktor penghambat dan sejumlah
cirri-ciri tanah serta lingkungan lainnya.
Kesesuaian
lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976) kelas kesesuian lahan suatu arela
dapat saja berbeda tergantung pada tipe penggunaan lahan yang sedang
dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya berhubungan
dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya
padi, palawija, jagung dan sebagainya, sedangkan evaluasi kemampuan
lahan umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih umum seperti
penggunaan untuk pertanian, pemungkinan, industri, perkotaan, jasa,
peruntukan dan sebagainya.
USDA
mengelompkkan system kalsifikasi lahan melalui interpretasi yang dibuat
terutama untuk pertanian. Pengelompokan lahan yang dapat digarap
menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi secara
lestari, yang mendasarkan pada faktor-faktor penghambat dan potensi
bahaya lainang masih dapat di terima dalam klasifikasi lahan (Bibby dan
Mackney dalam Sitorus, 1995).
C. Persyaratan Tumbuh Tanaman
Tanaman
untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu,
persyaratnya tersebut terutama energy radiasi, temperatur yang cocok
untuk pertumbuhan, kelembaban, oksien, dan unsur hara. Persyaratan
temperatur dan kelembaban sering digabungkan disebut periode pertumbuhan
(FAO, 1076).
Persyaratan
tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan
media perakaran. Media perakaran terdiri dari : drainase, tekstur,
struktur, konsistensi dan kedalaman efektif tanah. Ada tanaman yang
memerlukan drainase terhambat seperti dari jenis tanaman air termasuk
padi sawah, tetapi pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik,
yang pada kondisi demikian aerasi tanah cukup baik artinya di dalam
tanah cukup tersedia oksigen, dan akar tanaman dapat berkembang dengan
baik, sehingga dapat menyerap unsur hara secara optimal. Kualitas lahan
yang optimum bagi kebutuhan tanaman merupakan batasan bagi kelas
kesesuaian, kelas kesesuaian yang paling baik (S1) yang tidak memiliki
pembatas serius, sedangkan kualitas lahan yang di bawah optimum
merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai
(S2) dengan pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari, dan
sesuai marginal (S3) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat
berat untuk suatu penggunaan yang lestari di luar batasan tersebut di
atas merupakan lahan yang tergolong tidak sesuai (N1) saat ini, dengan
pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi
hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini, kelas
tidak sesuai untuk selamanya (N2) merupakan lahan yang memiliki pembatas
yang sangat berat, sehingga tidak mungkin unuk digunakan bagi suatu
penggunaan yang berkelanjutan.
D. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian
lahan adalah suatu jenis penggunaan tertentu oleh kondisi karakteristik
lahannya yang bertujuan untuk menetapkan atau memilih penggunaan lahan
tertentu secara berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Karakteristik
lahan meliputi semua faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir
(diestimasi) seperti : tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng,
batuan di permukaan, iklim dan sebagainya.(FAO,1976; Anonim, 1983; Sys,
1991).
Evaluasi
kesesuaian lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahan bagi
penggunaan berbagai system pertanian secara luas dan tidak membicarakan
peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan-tindakan
pengelolaannya. Oleh sebab itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih
umum dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan yang bersifat lebih
khusus (Sitorus, 1995).
Penilaian
kesesuaian lahan mempunyai arti penting mencakup peniaian kesesuaian
setiap jenis lahan untuk tanaman tertentu sangat membantu dalam
mendesain jenis penggunaan lahan sebagai pedoman bagi perencana dalam
memilih tanaman dan daerah bagi tanaman tertentu yang memerlukan
persyaratan khusus, selain itu penilaian kesesuaian lahan merupakan
sarana untuk menaksir produktifitas usahatani yang dijalankan secara
khas (Soetarto dan Taylor, 1993).
IDENTIFIKASI AIR TANAH MELALUI TEKNIK GEOLISTRIK
A. Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam mintakat jenuh (saturation Zone) dengan
tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi
dan penutup lahan serta aktivitas manusia.
Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan batuan atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980)
Menurut
Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap
masuk kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water)
air yang terdapat pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan
meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah dapat dibedakan kedalam
dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam. (Bakri, 2003).
Selain
itu dikenal pula air tanah magnetik (Vulkanik) yang mempunyai kedalaman
sekitar 3-5 kilometer, air kosmik yang berasal dari meteorit, serta
fosil atau connate yakni air
yang terperangkap dalam suatu cekungan dimana proses terjadinya
bersamaan dengan proses terjadinya proses sedimenasi yang berlangsung
secara alami dalam waktu pembentukan yang cukup lama. Air tanah
merupakan salah satu komponen dari suatu sistem peredaran air di alam
yang disebut siklus hidrologi.
Siklus hidrologi sendiri adalah suatu proses sikulasi dan perubahan
bentuk dari air dialam yang berlangsung secara terus menerus, baik air
yang berada di laut, di atmosfer maupun yang berada di daratan.
Proses
sirkulasi air di alam dan komponen-komponen yang berpengaruh didalamnya
merupakan suatu proses berjalan secara alami dan berkesinambungan. Uap
air dari permukaan tanah (danau, laut, sungai, kolam) dan transpirasi
tumbuhan akan bergerak naik ke atmosfer oleh proses pendinginan dan
kondensasi menjadi awan dan embun yang kemudian pada kondisi meteorologi
tertentu terjadi proses presipitasi berupa hujan.
Sebagian
air hujan menguap kembali sebelum mencapai permukaan tanah dan sebagian
lainnya tertahan oleh tumbuhan sebagai intersepsi. Air hujan yang jatuh
dipermukaan tanah akan meresap ke dalam tanah/batuan sebagai infiltrasi
dan perkolasi yang kemudian tersimpan sebagai air tanah atau sebagai
aliran bawah permukaan. Oleh berbagai proses geologi tertentu air tanah
atau aliran bawah permukaan tanah tersebut dapat muncul ke permukaan
dalam bentuk rembesan ataupun sebagai mata air.
Sebagian
air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah/batuan menjadi air limpasan
yang selanjutnya mengisi danau, sungai, laut dan tubuh air permukaan
lainnya. Sedangkan sebagian air yang berada di dalam tanah pada bagian
atas maupun tubuh air permukaan dan tumbuhan akan menguap kembali
sebagai evapotraspirasi.
Pada
proses sirkulasi air tersebut, volume air tanah di dalam zona
penyimpanan akan selalu berubah, karena terjadinya proses pengikisan
kembali (recharge) dan pengeluaran kembali (discharge).
Pengisian kembali air tanah berasal dari peresapan air hujan, tubuh air
permukaan dan disamping itu dikenal pula pengisian air tanah secara
buatan. Besar volume pengisian kembali akan tergantung pada luasan
daerah pengisian.
Pengeluaran
kembali terjadi apabila air tanah mengalir keluar dari zona penyimpanan
seperti rembesan, mata air, dan pemompaan air tanah. Pemompaan atau
pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan baik keperluan rumah
tangga, industri, pertanian, perikanan dan lain-lainnya menjadi sangat
penting oleh karena itu pemenuhan kebutuhan dari sumber air permukaan
sifatnya masih relatif terbatas. Namun hingga saat ini air tanah untuk
keperluan rumah tangga masih lebih besar dibanding pemakai air lainnya.
B. Penyebaran Air Tanah
Pada
dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi
terutama yang berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi,
geomorfologi dan curah hujan. Dari jenis dan sebaran batuan berikut
struktur geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer yang ada
walaupun demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.
Pada
zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi
terisi sebagai air tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk
dalam klasifikasi air tanah. Sebaliknya pada zona jenuh air semua
pori-pori terisi oleh air dan air yang berada pada zona inilah yang
disebut sebagai air tanah. Batas kedua zona tersebut adalah suatu bidang
yang disebut sebagai muka air tanah (water tabel).
Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)
a. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )
b. Kondisi Geomorfologi
c. Kondisi Geologi
d. Aktivitas Manusia
Sebagian
besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam
tanah, air tanah tersebut disebut air meteorik. Selain air meteoric ada
air lain yaitu air JuvenileWater yang dapat diklasifikasikan menurut asalnya yaitu magnetic water, volkanik water yang biasanya panas atau hangat dan mempunyai kandungan sukfur yang tinggi dan cosmic berasal dari ruang angkasa bersama dengan meteorit.
Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti kompaksi, metamorfosa dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf water dan Connate water. Connate water adalah air yang terperangkap dalam endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air biasanya payau sampai asin), (Suyono, 1995).
C. Sifat Batuan Terhadap Air Tanah
Menurut
Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap
air tanah terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat
dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
a. Akuifer
adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
dapat meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti batu
pasir, dan batugamping
b. Akuiklud
adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung, shale, tuf halus
c. Akuitar
adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal
scoria, serpih, napal, dan batulempung
d. Akuiflug
adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air
tanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada
lapisan batuan tersebut hanya terdapat pada kekar atau rekahan batuan
saja.
Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan akuifer dapat dibedakan, antara lain :
a. Unconfined akuifer
(Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air tanah merupakan
bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah yang terdapat
pada lapisan akuifer ini disebut air tanah tidak tertekan dimana muka
air tanahnya disebut muka air tanah pheartik
b. Confined akuifer
(akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya terletak
dibawah lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari pada
tekanan atmosfer. Air tanah ini dibatasi oleh lapisan kedap air pada
bagian atas maupun bagian bawahnya. Muka air tanah artesis oleh karena
dilakukan pemboran maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas
mendekati permukaan tanah atau memancar sampai pada keadaan tertentu.
c. Leakage akuifer
(semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana air
tanahnya terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air
dan posisi batuan akuifernya terletak antara akuifer bebas dan akuifer
tertekan
d. Ferced aquifer
(akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air tanahnya terpisah
dari air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air yang tidak
begitu luas dan terletak pada zona tidak jenuh air.
D. Karakteristik Air Tanah
Sifat
dan karakteristik akuifer memegang peranan penting dalam hal
keterpadatan serta dalam upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air tanah
tersebut . sifat dan karakteristik akuifer sebagai berikut:
1. Porositas
Porositas
merupakan semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada suatu massa
batuan yang kemungkinannya bisa terisi oleh air. Besaran porositas
dinyatakan sebagai rasio atau perbandingan antara seluruh lubang
(pori-pori batuan) dengan isi total batuan dalam persen. Kapasitas
lapisan pembawa air untuk menyimpan air tanah ditentukan oleh porositas
batuannya. Sedangkan besarnya pori-pori batuan tergantung dari ukuran
bentuk dan susunan fragmen batuan serta tingkat pelarutan maupun retakan
batuan.
2. Konduktifitas Hidrolik
Konduktifitas
Hidrolik disebut juga sebagai permeabilitas (K=T/D) adalah besarnya
aliran air yang dapat disalurkan melewati satu satuan penampang akuifer
tegak lurus terhadap arah aliran air dalam satu satuan landaian
hidrolika. Dalam ilmu teknik terapan permeabilitas adalah merupakan unit
kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Dengan
kata lain bahwa permeabilitas adalah parameter hidrolika yang menyatakan
ukuran jumlah air yang dapat diteruskan oleh media porous persatuan
luas penampang. Konduktivitas hidrolika dipengaruhi oleh porositas,
ukuran butir dan distribusinya. Satuannya dinyatakan dalam cm3/detik atau m3/hari.
3. Koefisien keterusan (Transmisivity = T)
Transmisivity
adalah banyak air yang dapat mengalir melalui suatu lubang vertikal
akuifernya dan selebar satu unit panjang dengan landaian hidrolika satu
unit dimana satuannya adalah m2/jam atau m2/hari. Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut T = K. D. pemompaan air tanah dari
akuifer yang mempunyai nilai T besar menyebabkan sifat depresi air
tanah dangkal tetapi rediusnya luas sedangkan sebaliknya apabila T kecil
maka depresi air tanah relative lebih dalam namun radiusnya sempit.
4. Koofisien Daya Simpan Air (storativity = S = Qs/A.D)
Storativity
adalah volum air yang dapat disimpan atau dapat dilepaskan oleh suatu
akuifer setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan
kedudukan muka air tanah atau bidang piezometrik. Nilai kisaran
Storativity antara 10-5 10-3. nilai S pada akuifer bebas berbeda dengan nilai pada akuifer tertekan sedangkan pada leakage aquifer tidak mempunyai dimensi. Pada akuifer bebas batasan hasil jenis (Specific yield) sama dengan koefisien simpanan.
5. Hasil Jenis
Hasil jenis merupakan koefisien daya simpan air pada akuifer bebas yang mempunyai nilai berkisar anatara 10-1 sampai dengan 10-2 dirumuskan sebagai :
a = Sy + Sr
Dimana a = Porositas
Sy = Spesific yield
Sr = Specific retention
6. Ketebalan Akuifer
Ketebalan
akuifer merupakan jarak tegak lurus antara bidang yang menjadi batas
atas dan bawah dari suatu lapisan batuan yang mengandung air tanah.
Ketebalan akuifer dapat ditentukan dari berbagai pengamatan geologi
serta penelitian geofisika atau dengan kegiatan pengeboran.
E. Sifat Listrik Batuan
Aliran
konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga
macam yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolik dan konduksi
elektronik. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat
bahan dialiri listrik). Konduksi elektrolik terjadi jika batuan/mineral
bersifat porous dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan elektrolik.
Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektronik terjadi
jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus
listrik dialirikan dalam batuan/mineral oleh elektron bebas (Semester
Break, 2003).
Berdasarkan harga resistiviti listriknya batuan/mineral digolongkan menjadi tiga yaitu :
Konduktor baik : 10-6 < p < Ώ m
Konduktor buruk : 1 < p < 107 Ώ m
Isolator : p > 107 Ώ m
F. Metode Geolistrik
Dalam
eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode
geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik
dari lapisan batuan didalam bumi. Sebetulnya terdapat banyak metode
eksplorasi geofisika yang menggunakan sifat tahanan sebagai media/alat
untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan.
Dalam metode –metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Metode Resistivitas Mapping
Metode
ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari
variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal, oleh
karena itu pada metode ini dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama
untuk semua titik pengamatan bumi. Setelah itu baru dibuat kontur
isoresistivitasnya.
2. Metode Resistivitas Sounding (drilling)
Metode ini juga biasa dikenal sebagai Resistivitas Drilling, Resistivitas Probing dan
lain-lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan dibawah permukaan bumi secara
vertical.
Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding
dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak
elektroda ini tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi mulai dari
jarak elektroda kecil kemudian membesar secara grundal. Jarak elektroda
ini sebanding dengan kedalamn lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada
pengukuran sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan
jika mempunyai suatu alat geolistrik yang memadai. Dalam hal ini alat
geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang cukup
besar atau alat tersebut harus cukup sensitif dalam mendeteksi benda
potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik
adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik cukup besar dan
mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.
Pengukuran
dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik) bertujuan untuk
memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas bumi adalah
variasi harga resistivitas terhadap dari permukaan tanah (Awaluddin,
2004).
a. Pendekatan model pelapisan bumi
Bumi dapat dianggap terdiri dari beberapa lapisan sejajar (horizontal layering) yang
bersifat homogen isotropik untuk setiap lapisannya. Setiap lapisan
(strata) mempunyai nilai resistivitas (p-Ώm) dan ketebalan (d-meter)
tertentu. Struktur resistivitas dapat dikaitkan terhadap strukrtur
geologi melalui suatu korelasi.
Struktur
geologi memberikan gambaran terhadap arah dan susunan serta jenis
lapisan batuan. Korelasi antara struktur resistivitas terhadap struktur
geologi membutuhkan informasi geologi pada daerah survey. Korelasi
tersebut akan menghasilkan suatu pengelompokan harga resistivitas
terhadap masing-masing lapisan batuan serta bentuk strukturnya.
Jadi
struktur resistivitas memberikan kontribusi terhadap struktur geologi
di suatu daerah secara lebih rinci, hal ini sangat bermanfaat jika
informasi/data geologi dari daerah survei sangat minim.
b. Akuisasi data di lapangan
Kualitas
hasil penyelidikan metode geolistrik sangat bergantung terhadap
keakuratan dan kebenaran data lapangan yang diambil melalui suatu
pengukuran dengan menggunakan peralatan tertentu. Keakuratan dan
kebenaran data resistivitas adalah pencerminan terhadap besarnya
simpanan dari nilai resistivitas semu yang diukur terhadap kondisi dan
bentuk pelapisan bumi sebenarnya.
c. Penerapan metode geolistrik
Keberhasilan
penerapan metode ini bergantung kepada besarnya kontras resistivitas
dari sistem yang akan dipelajari atau dengan kata lain berapa besar
variasi resistivitas yang akan diukur dari obyek atau tujuan
pekerjaannya. Penerapan utama terhadap metode resistivitas yang telah
berhasil :
1) Untuk memperoleh struktur geologi
2) Eksplorasi air tanah
3) Pendugaan Reservior panas bumi
Secara
teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga tahanan
jenis masing-masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai
tahanan jenis yang sama. Sebaliknya harga tahanan jenis sama bisa
dimiliki oleh batuan-batuan berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh
antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang
dikandung, kandungan benda cair dan faktor eksternal lainnya. (Soenarto,
2003).
Beberapa aspek berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis suatu batuan bisa sebagai berikut :
- Batuan sedimen yang bersifat lepas mempunyai nilai tahanan jenis lebih rendah bila dibanding dengan batuan sedimen padu dan kompak
- Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai nilai tahanan jenis yang tergolong tinggi
- Batuan yang basah dan mengandung air, nilai tahanan jenisnya rendah dan semakin lebih rendah lagi bila yang dikandungnya bersifat payau atau asin
- Kandungan logam yang berada di sekitar lokasi pendugaan sangat berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis batuan.
- Faktor luar seperti kabel, tiang listrik dan saluran pipa logam dapat mempengaruhi hasil pengukuran di lapangan.
PETA DAN TEKNIK PEMETAAN.
PETA DAN TEKNIK PEMETAAN.
a. Pengertian dan jenis Peta
Peta
dapat didefenisikan sebagai gambaran dari sebagian atau seluruh
permukaan bumi yang bersifat selektif di atas bidang datar melalui
sebuah bidang proyeksi. Peta bersifat selektif artinya tidak semua
kenampakan atau gejala-gejala di permukaan bumi di gambarkan, tetapi
dipilih (diseleksi) gejala-gejala yang di butuhkan saja. Peta
merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan
antara berbagai perwujudan yang diwakili (Ansari, 2002).
Untuk dapat memenuhi kriteria sebuah peta yang baik, maka harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Antara lain:
1) Peta tidak boleh membingungkan
2) Peta itu harus mudah dimengerti atau ditangkap maknanya
3) Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya
4) Peta harus indah, rapi, dan bersih.
Peta dapat digolongkan atas beberapa dasar, baik berdasarkan skalanya, isi dan fungsi, maupun tujuannya.
1) Jenis peta berdasarkan skalanya
a) Peta skala besar, yaitu semua peta yang mempunyai skala 1 : 25.000. Contoh: peta topografi
b) Peta skala sedang, yaitu semua peta yang mempunyai skala lebih dari 1: 25.000 sampai skala 1 : 500.000.
c) Peta skala kecil, yaitu semua peta yang mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 500.000.
2) jenis peta berdasarkan isi dan fungsinya.
a) Peta
Umum (General Map), yaitu peta yang memuat kenampakan-kenampakan umum
(lebih dari satu jenis), memuat kenampakan fisis (alamiah) dan
kenampakan budaya (telah di campuri tangan manusia).
b) Peta Tematik, yaitu peta yang memuat satu jenis kenampakan saja (tema tertentu) baik kenampakan fisis maupun kenampakan budaya.
c) Peta
Kart, yaitu peta yang di desain untuk keperluan navigasi, nautical,
peta kelautan yang ekivalen dengan peta topografi disebut “Peta
Batimetrik”.
3) Jenis peta berdasarkan tujuan
a) Peta Geologi, bertujuan untuk menunjukkan formasi batuan atau aspek geologi lainnya di suatu daerah.
b) Peta Iklim, bertujuan menunjukkan berbagai macam sifat iklim di suatu daerah.
c) Jenis-jenis lainnya; peta kadaster, peta tanah, peta kependudukan, peta tata guna lahan, dan sebagainya.
Untuk menggunakan peta sebagai sumber belajar secara baik perlu tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Tahap membaca peta
Pada
tahap pertama ini pengguna hendaknya mengidentifikasi simbol (legenda).
Untuk ini pengguna harus mengetahui terlebih dahulu “bahasa peta”. Bahasa peta yang dimaksud meliputi judul, nomor lembar (sheet), skala, orientasi, legenda atau keterangan gambar.
2) Tahap analisis peta
Apabila
sudah mengetahui secara baik apa yang terdapat pada peta, langkah
selanjutnya adalah mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur dalam
peta tersebut. Pada tahap ini diperlukan berbagai peralatan untuk
membantu menentukan nilai unsur yang bersangkutan (panjang, luas,
volume) misalnya mistar, busur derajat, kaca pembesar (lope,
steoroskop), benang, planimeter, dan lain-lain. Selain pengukuran, tahap
menentukan pola keruangan juga merupakan bagian dari proses analisis.
Regionalisasi adalah proses melakukan “klasifikasi” ruang muka bumi
(data spatial); gunanya untuk menyederhanakan agar mudah menafsirkannya.
Region adalah hasil akhir dari analisis data spatial yang digambarkan
sebagai peta.
3) Tahap interpretasi peta
Pada
tahap ketiga dalam penggunaan peta yang disebut interpretasi peta,
pengguna berusaha mencari jawaban mengapa di bagian tertentu terdapat
suatu karakteristik gejala yang berbeda dengan kawasan lainnya, atau
mengapa di bagian tertentu terjadi pengelompokan yang berbeda dengan
pola di bagian lainnya pada peta yang sama. Untuk itu, diperlukan
kemampuan akan kekayaan konsep dan teori keilmuan yang relevan (Hallaf,
2007).
Penggunaan peta ada beberapa macam dan tergantung bidangnya dan kaperluannya diantaranya:
1) Untuk
komunikasi informasi ruang, yaitu peta memberikan informasi kepada
pengguna misalnya bagaimana kondisi suatu daerah baik fisik maupun
sosialnya dalam peta.
2) Untuk
menyimpan informasi, dimana peta bisa menggambarkan kondisi suatu
daerah dan otomatis data kondisi suatu daerah tersebut tergambarkan
dalam suatu peta.
3) Digunakan untuk membantu suatu pekerjaan misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, perencanaan dan lain-lain,
4) Digunakan untuk membantu dalam suatu desain, misalnya desain jalan, permukiman, dan sebagainya.
5) Untuk analisa data spasial, misalnya perhitungan volume, jarak, kemiringan, dan sebagainya.
b. Teknik Pemetaan
Pemetaan
merupakan suatu kegiatan mengolah data-data nonspasial atau
semi-spasial menjadi sebuah data keruangan (peta), sehingga penangkapan
informasi dari sebuah objek wilayah dapat lebih mudah dipahami karena
sifatnya yang lebih efektif dan efisien. Teknik
pemetaan ada yang dilakukan secara manual dan adapula secara digital.
Dalam pembuatan peta digital saat ini telah banyak disediakan berbagai
model software pemetaan yang hasilnya dapat lebih akurat, efektif dan efisien. Adapun macam-macam software tersebut misalnya Software Ermapper, Surfer, Arcview, ArcGIS dan Mapinfo.
Secara umum, teknik pembuatan peta dengan menggunakan software satu dengan software
yang lain pada hakekatnya hampir sama, yaitu melibatkan proses input
data, pengelolaan dan analisis data, hingga ke proses output data.
- Proses input data, yaitu kegiatan memasukkan data dan merubah bentuk data asli ke bentuk jenis data yang dapat diterima dan dipakai oleh perangkat lunak.
- Proses pengelolaan dan analisis data, yaitu kegiatan pengorganisasian data yang melibatkan penambahan data, pengurangan data dan pembaharuan data, sehingga dapat dihasilkan parameter-parameter data yang diinginkan.
- Proses
output data, yaitu kegiatan menayangkan informasi maupun hasil analisis
data geografis secara kualitatif ataupun kuantitatif, yang dapat berupa
peta, tabel, ataupun arsip elektronik
PEMETAAN SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPANDalam makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”.Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya.Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:1. Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.PEMETAAN SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPANDalam makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”.Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya.Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:1. Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.PEMETAAN SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPANDalam makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”.Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya.Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:1. Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)