Selasa, 12 Februari 2013

PETA DAN TEKNIK PEMETAAN.

PETA DAN TEKNIK PEMETAAN.
a.        Pengertian dan jenis Peta
Peta dapat didefenisikan sebagai gambaran dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang bersifat selektif di atas bidang datar melalui sebuah bidang proyeksi. Peta bersifat selektif artinya tidak semua kenampakan atau gejala-gejala di permukaan bumi di gambarkan, tetapi dipilih (diseleksi) gejala-gejala yang di butuhkan saja. Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan  keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili (Ansari, 2002).

Untuk dapat memenuhi kriteria sebuah peta yang baik, maka harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Antara lain:
1) Peta  tidak boleh membingungkan  
2) Peta itu harus mudah dimengerti atau ditangkap maknanya
3)    Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya
4)    Peta harus indah, rapi, dan bersih.
Peta dapat digolongkan atas beberapa dasar, baik berdasarkan skalanya, isi dan fungsi, maupun tujuannya.
1)   Jenis peta berdasarkan skalanya
a)    Peta skala besar, yaitu semua peta yang mempunyai skala 1  :  25.000. Contoh: peta topografi
b)   Peta skala sedang, yaitu semua peta yang mempunyai skala lebih dari 1: 25.000 sampai skala 1 : 500.000.
c)    Peta skala kecil, yaitu semua peta yang mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 500.000.
2)   jenis peta berdasarkan isi dan fungsinya.
a)    Peta Umum (General Map), yaitu peta yang memuat kenampakan-kenampakan umum (lebih dari satu jenis), memuat kenampakan fisis (alamiah) dan kenampakan budaya (telah di campuri tangan manusia).
b)   Peta Tematik, yaitu peta yang memuat satu jenis kenampakan saja (tema tertentu) baik kenampakan fisis maupun kenampakan budaya.
c)    Peta Kart, yaitu peta yang di desain untuk keperluan navigasi, nautical, peta kelautan yang ekivalen dengan peta topografi disebut “Peta Batimetrik”.
3)   Jenis peta berdasarkan tujuan
a)    Peta Geologi, bertujuan untuk menunjukkan formasi batuan atau aspek geologi lainnya di suatu daerah.
b)   Peta Iklim, bertujuan menunjukkan berbagai macam sifat iklim di suatu daerah.
c)    Jenis-jenis lainnya; peta kadaster, peta tanah, peta kependudukan, peta tata guna lahan, dan sebagainya.
Untuk menggunakan peta sebagai sumber belajar secara baik perlu tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)      Tahap membaca peta
Pada tahap pertama ini pengguna hendaknya mengidentifikasi simbol (legenda). Untuk ini pengguna harus mengetahui terlebih dahulu “bahasa peta”. Bahasa peta yang dimaksud meliputi judul, nomor lembar (sheet), skala, orientasi, legenda atau keterangan gambar.
2)      Tahap analisis peta
Apabila sudah mengetahui secara baik apa yang terdapat pada peta, langkah selanjutnya adalah mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur dalam peta tersebut. Pada tahap ini diperlukan berbagai peralatan untuk membantu menentukan nilai unsur yang bersangkutan (panjang, luas, volume) misalnya mistar, busur derajat, kaca pembesar (lope, steoroskop), benang, planimeter, dan lain-lain. Selain pengukuran, tahap menentukan pola keruangan juga merupakan bagian dari proses analisis. Regionalisasi adalah proses melakukan “klasifikasi” ruang muka bumi (data spatial); gunanya untuk menyederhanakan agar mudah menafsirkannya. Region adalah hasil akhir dari analisis data spatial yang digambarkan sebagai peta.
3)      Tahap interpretasi peta
Pada tahap ketiga dalam penggunaan peta yang disebut interpretasi peta, pengguna berusaha mencari jawaban mengapa di bagian tertentu terdapat suatu karakteristik gejala yang berbeda dengan kawasan lainnya, atau mengapa di bagian tertentu terjadi pengelompokan yang berbeda dengan pola di bagian lainnya pada peta yang sama. Untuk itu, diperlukan kemampuan akan kekayaan konsep dan teori keilmuan yang relevan (Hallaf, 2007).
Penggunaan peta ada beberapa macam dan tergantung bidangnya dan kaperluannya diantaranya:
1)    Untuk komunikasi informasi ruang,  yaitu peta memberikan informasi kepada pengguna misalnya bagaimana kondisi suatu daerah baik fisik maupun sosialnya dalam peta.
2)    Untuk menyimpan informasi, dimana peta bisa menggambarkan kondisi suatu daerah dan otomatis data kondisi suatu daerah tersebut tergambarkan dalam suatu peta.
3)    Digunakan untuk membantu suatu pekerjaan misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, perencanaan dan lain-lain,
4)    Digunakan untuk membantu dalam suatu desain, misalnya desain jalan, permukiman, dan sebagainya.
5)    Untuk analisa data spasial, misalnya perhitungan volume, jarak, kemiringan, dan sebagainya.
b.   Teknik Pemetaan
Pemetaan merupakan suatu kegiatan mengolah data-data nonspasial atau semi-spasial menjadi sebuah data keruangan (peta), sehingga penangkapan informasi dari sebuah objek wilayah dapat lebih mudah dipahami karena sifatnya yang lebih efektif dan efisien. Teknik pemetaan ada yang dilakukan secara manual dan adapula secara digital. Dalam pembuatan peta digital saat ini telah banyak disediakan berbagai model software pemetaan yang hasilnya dapat lebih akurat, efektif dan efisien. Adapun macam-macam software tersebut misalnya Software Ermapper, Surfer, Arcview, ArcGIS dan Mapinfo.
Secara umum, teknik pembuatan peta dengan menggunakan software satu dengan software yang lain pada hakekatnya hampir sama, yaitu melibatkan proses input data, pengelolaan dan analisis data, hingga ke proses output data.
  1. Proses input data, yaitu kegiatan memasukkan data dan merubah bentuk data asli ke bentuk jenis data yang dapat diterima dan dipakai oleh perangkat lunak.
  2. Proses pengelolaan dan analisis data, yaitu kegiatan pengorganisasian data yang melibatkan penambahan data, pengurangan data dan pembaharuan data, sehingga dapat dihasilkan parameter-parameter data yang diinginkan. 
  3. Proses output data, yaitu kegiatan menayangkan informasi maupun hasil analisis data geografis secara kualitatif ataupun kuantitatif, yang dapat berupa peta, tabel, ataupun arsip elektronik                            
    PEMETAAN SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPAN
     
    Dalam makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”. 
     
    Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya. 
     
    Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:
     
    1.   Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.
    2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.
    3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
     
    PEMETAAN SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPAN
     
    Dalam makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”. 
     
    Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya. 
     
    Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:
     
    1.   Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.
    2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.
    3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
     
    PEMETAAN SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPAN
     
    Dalam makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”. 
     
    Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya. 
     
    Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:
     
    1.   Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.
    2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.
    3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar